Pasangan yang menjalani Long Distance marriage tentunya terpisah oleh jarak. Tuntutan pekerjaan atau pendidikan membuat pasangan LDM tidak bisa bertemu setiap hari. Berupaya rela dan ikhlas menjalani saat kondisi hanya memungkinkan untuk bertemu sepekan dua kali, sepekan sekali, sebulan sekali atau bahkan menunggu beberapa bulan untuk saling bertemu.

IKHLAS adalah solusi yang bisa diambil bagi pasangan LDM untuk dapat cepat beradaptasi dan menerima kondisi yang ada. Ikhlas menerima ketentuan Allah bahwa untuk sementara waktu harus terpisah oleh jarak dari pasangan tercinta.


Mengeluh bukanlah solusi. Mengeluhkan keadaan hanya akan menambah beban di hati.  Membuat pikiran menjadi kacau dan hati tidak tenang.

Ikhlas menjalani masa-masa LDM akan membuat perjuangan menjadi lebih bermakna. Pasti ada kebaikan yang akan diperoleh dari setiap peristiwa kehidupan ini.

Ikhlas membantu seseorang untuk bisa bersyukur dan bersabar atas semua ketentuan yang Allah berikan. Saat hati seseorang ikhlas, ia akan mampu bersyukur dan melihat sisi kebaikan dibalik LDM yang dijalani.  Misal: karir yang meningkat, mendapat beasiswa pendidikan, dan lainnya.

Allah telah berfirman bahwa apabila hamba-Nya bersyukur, maka Allah akan tambahkan nikmat-Nya. Tentu setiap orang ingin agar nikmat-nikmat Allah bertambah untuknya dan keluarga. Alih-alih mengeluh, bersyukur adalah pilihan yang terbaik untuk diamalkan.

"Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan."

Untuk itu, setiap insan LDM perlu bersabar dalam menjalani proses ini. Sabar dengan kesabaran yang tulus.

Walau pasangan berada jauh, tapi Allah selalu dekat dengan hamba-Nya. Hanya Allah tempat kita bergantung.

LDM menjadi salah satu proses dan latihan bagi setiap insan untuk melepas ketergantungannya pada pasangan. Barangkali, tanpa disadari, selama ini  diri terlalu bergantung pada pasangan. LDM bisa menyadarkan seseorang untuk hanya bergantung pada Allah. Karena Allah lah yang akan selalu ada dan hadir di sisi kita. Kapan pun kita butuh, ingin mengadu, ingin meminta pertolongan, Allah dekat dengan hamba-Nya.

Sungguh cinta sejati adalah cinta kepada Allah. Cinta-Nya yang Tak Berjarak.

Cintailah Allah melebihi cinta kita pada pasangan dan anak-anak. Raihlah cinta Allah, maka kita akan memperoleh cinta dari penduduk langit dan bumi. Saat cinta Allah telah kita raih, tiada lagi jarak yang akan mengkhawatirkan hati kita. Allah dekat bersama kita dan akan memberikan ketenangan dan kedamaian di hati.

Selain meraih cinta Allah, Doa yang tulus juga bisa menjadi jembatan yang dapat menghubungkan ruang yang terpisah. Mendoakan pasangan saat dekat maupun berada jauh. Doa kepada Allah membuat cinta menjadi tak lagi berjarak. Hati yang gelisah menjadi tenang. Rindu yang membara menjadi teduh. Ada Allah yang dekat dan dengan berdoa kepadanya tak ada lagi jarak yang memisahkan.

Raihlah cinta Allah dan berikanlah doa terbaik yang tulus untuk pasangan dan orang-orang tercirnta. Dengan itu, inta Tak Lagi Berjarak
View Post


Mendidik anak sebenarnya adalah mendidik diri orangtua sendiri. Mengapa demikian?

Karena sebenarnya anak sudah terlahir fitrah, baik, sholeh, dan beriman. Anak sudah membawa potensi kebaikan yang banyak dalam dirinya, tergantung kemudian bagaimana orangtuanya mengasuh, mendidik, dan mengarahkan mereka. Apabila baik pendidikan dan pengasuhan yang di berikan orangtua, maka  baik pula perkembangan anaknya. Sebaliknya, bila buruk pengasuhan dan pendidikan dari orangtua, maka anak akan perkembangan anak akan menjadi buruk.

"Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orangtuanyalah yang membuatnya menjadi seorang Yahudi, Nasrani maupun Majusi." (HR. Abu Hurairah)

Penelitian terbaru dalam dunia psikologi pun telah membuktikan bahwa pola pengasuhan dari orangtua akan berpengaruh pada perkembangan anaknya. Penelitian Kagan terhadap perkembangan aspek emosional anak dalam buku Emotional Intelligene (Goleman, Daniel 2018) telah membuktikan bahwa tidak semua bayi yang penakut akan tumbuh menjadi orang yang menarik diri dari kehidupan, temperamen bukanlah suratan takdir. Amigdala yang terlalu mudah tergugah dapat dijinakkan dengan pengalaman-pengalaman yang tepat. Yang mempengaruhinya adalah pelajaran dan respons emosional yang dipelajari anak-anak sewaktu mereka tumbuh. Bagi anak penakut, yang sangat berpengaruh pada awalnya adalah bagaimana mereka diperlakukan oleh orangtua mereka, dan dengan demikian mereka akan belajar menangani rasa takut alamiah mereka sendiri. Orangtua yang setahap demi setahap merekayasa pengalaman-pengalaman yang membesarkan hati anak akan memberikan sesuatu yang mungkin bisa mengkoreksi rasa takut anak itu seumur hidup.

Ayah Bunda Tersayang, bila saat ini mendapati bahwa anak-anak Bunda memiliki karakter dan kepribadian yang belum baik, maka sadarilah bahwa hal itu terjadi karena adanya kekhilafan yang mungkin telah dilakukan dalam pengasuhan selama ini. Apakah itu dari ara merespon sikap dan perilaku anak, mau pun dari ara berpikir ayah bunda selama ini.

Kalau sudah terlanjur bagaimana, Bunda?
Bila sudah terlanjur maka kita kembali ke poin awal tadi bahwa mendidik anak sebenarnya adalah mendidik diri orangtua sendiri. Bila orangtua ingin anak menjadi baik maka otomatis orangtua haruslah menjadi baik terlebih dulu agar bisa menularkannya pada anak. Bila orangtua ingin anak berubah jadi pribadi yang lebih baik dan berkarakter positif, maka harus dimulai dari diri orangtua tersebut terlebih dahulu.

"Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah dirinya terlebih dahulu." (QS. Ar-Rad : 11).

Perubahan sikap dan ara orangtua dalam mengasuh anak akan memberi dampak positif pula pada perubahan anak. Anak akan melihat dan merasakan perubahan orangtuanya yang lebih baik, sayang, dan ramah kepadanya, dan dengan hal itu anak pun akan semakin melembut hatinya dan menurut pada orangtua.

Kelembutan dan kasih sayang adalah nilai yang Rasulullah Saw ajarkan pada kita semua dalam membina hubungan dengan sesama. Termasuk pula dalam hubungan antara orangtua dengan anak, kelembutan dan kasih sayang hendaknya menjadi ara yang digunakan dalam mendidik dan mengasuh anak.

Insya Allah kesempatan mendatang kita akan membahas lebih lanjut, bagaimana Mendidik Anak Ala Rasulullah dengan lebih lengkap.



View Post





Kasus "Anak Usil" ini bisa saja terjadi dalam interaksi sosial anak-anak bersama temannya.

Keep Calm, Bunda 😊

Bila anak/siswa Bunda mengadu/curhat tentang perilaku temannya, Bunda respon dengan Cinta ya. Cinta pada sesama.


Ke anak-anak, saya biasanya menanggapi dengan berkata: "Abang/Kakak, tau nggak. Sebenarnya, teman yang "usil" itu ingin mengajak kamu main karena dia merasa kamu adalah teman yang nyaman/baik untuknya. Jadi, kalau ada teman yang usilin kamu, kamu ajak main bareng, ya. Dia butuh teman.

❤❤❤

Ayah Bunda

Mengapa ada anak yang jail atau usil?
Sebenarnya mereka tidak bermaksud seperti itu. 

Biasanya ada dua sebab,
Pertama, memang sekedar ingin mengajak bercanda/main. 
Kedua, mereka tidak tahu cara yang benar untuk mengajak berteman.

Why? Mengapa ada anak yang tidak tahu cara berteman? Sehingga justru cara yang dilakukannya salah dan membuat orang lain merasa tidak nyaman?

Salah satu faktornya karena kurang perhatian dan kasih sayang dari rumah. Mereka jadi seakan bingung bagaimana ya cara berkasih sayang.

Niatnya mereka ingin berteman, tapi yang terjadi justru dianggap "mengganggu" temannya.

Bila anggapan itu terus dipelihara, akhirnya ya memang akan terus menjadi seperti itu.

Tapi bila kita orang dewasa yang ada disekelilingnya bisa mengubah dan meluruskan mindset yang ada maka kesalahan itu dapat diluruskan.

Bantu anak-anak ini untuk memahami maksud mereka. Bahwa mereka ingin bermain juga sama seperti yang lain. Ingin diterima juga sama seperti teman-teman yang lainnya.

Terima kekhilafan mereka, ajarkan anak untuk memaafkannya, lalu luruskan pemikiran mereka bahwa kamu adalah anak yang baik dan nyaman bagi mereka sehingga mereka mencoba mendekati kamu. Terimalah dan bermainlah bersamanya.

❤❤❤

Tanggapan bijak kita orangtua dan guru akan menentukan perkembangan karakter anak-anak bangsa di masa depan.

Keusilan pada awalnya ya hanya keusilan berupa niat canda saja. Hanya pemaknaan pada setiap orang akan berbeda tergantung tingkat kedekatannya.

Kalau hubungan diantara anak tersebut dekat, saat diusil tentu biasa aja dan menerima. Tapi jika hubungan mereka belum dekat maka keusilaj itu bisa dimaknai kenakalan. Anak lain bisa terganggu.

Saat si anak merasa terganggu kadang di situ ada kenikmatan yang membuat anak usil tadi jadi "tertantang" untuk ngusilin lagi yang kalau tidak disikapi baik bisa ujung-ujungny jadi bullying 😊

Maka memang cara menyikapi pada awal kejadian sebisa mungkin lebih bijak n positif.

Kalau kasusnya sudah berat menyakiti dengan sengaja dan sejenisnya bisa ditindaklanjuti ke pihak sekolah.

Solusi yang bisa kita lakukan sebagai orang tua untuk kasus bullying adalah salah satunya dengan meningkatkan Harga Diri Anak.

Anak dengan harga diri tinggi biasanya lebih aman dari bullying. Karena ia sudah memiliki mental yang kuat dan penilaian yang baik tentang dirinya.

Sehingga saat di bully tidaklah terlalu berpengaruh pada dirinya. Dan bahkan sulit untuk orang membully.

Nah tugas kita adalah membentuk harga diri anak dengan baik.

Caranya tentu darj rumah dengan penerimaan yang baik pada anak. Memberi label yang positif pada mereka. Kasih sayang penuh dan keimanan.


By: Bunda Sukma, Psikolog
View Post

Jalani Long Distance Marriage dengan Bahagia

Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat dan memperbaiki komunikasi lahir dan batin. Cara ini juga bisa berlaku bagi semua pasangan, tidak hanya yang LDM.

Komunikasi lahir dilakukan dengan membuat "jadwal khusus" untuk menyapa pasangan. Contohnya pagi hari saling mengingatkan/menyapa di waktu shubuh. Lalu malam/sore hari selepas jam pulang kantor. Sesekali bisa juga saat jam makan siang.

Lebih utama dirutinkan pada jam2 tertentu. Misal kalau biasa jam 5 ya setiap hari kurleb begitu. Tujuannya, pasangan akan "kecarian" saat biasanya dihubungi di jam tersebut tapi misal karena sesuatu tidak dihubungi. Sehingga menambah kemesraan diantara keduanya.

Mengenai waktu ini kemudian sesuaikan dengan kondisi masing2. Ada kondisi dimana pasangan berada di luar negeri sehingga komunikasi menjadi lebih sulit, baik karena biaya ataupun signal. Ini bisa disepakati kapan waktu untuk saling menyapa bagi keduanya.

 Selanjutnya adalah *komunikasi batin*. Ini yang utama. Komunikasi batin sebagaimana sudah disinggung diawal ialah melalui DOA. Doakan pasangan kala rindu, sedih, tak nyaman, dan di segala situasi ketika tiba-tiba teringat pasangan. Doakan yang baik-baik untuk pasangan tercinta walau mungkin sedang dalam kondisi tidak nyaman (misal sedang bermasalah).

Selain doa yang bisa dilakukan untuk memperkuat komunikasi batin adalah dengan SALING MENJAGA HATI. Jaga diri dari segala hal yang bisa mengotori hati.  Apakah itu dari tontonan, pikiran, atau lisan. Tontonan yang melenakan baiknya dihindari. Misal: drama korea, infotainment gosip, dan sejenisnya.

Jaga pula pikiran dari angan-angan panjang. Dan jaga lisan dari hal yang negatif.

Saat masing-masing pasangan mampu menjaga komunikasi lahir dan batin, maka rahmat Allah akan selalu hadir. Kita akan diberikan ketenangan saat menjalani LDM apapun kondisinya.

💐💐💐

Cerita sedikit ya

Terus terang, saya baru menjalani LDM ini sejak Agustus 2018 lalu, kurang lebih sudah berjalan 6 bulan ya. Disebabkan suami mutasi kerja.

Awalnya, setiap kali suami mutasi, saya dan anak-anak selalu ikut. Tapi kali ini, karena alasan khusus, kami memilih untuk menjalani LDM sementara waktu.

💝💝💝

Awalnya nggak pernah kepikiran akan menjalani LDM. Biasanya kalau ditinggal rapat beberapa hari ke luar kota saja, sudah merasa nggak nyaman.

Jadi dulu, sebelum merasakan sendiri LDM ini, sering merasa takjub gitu ke pasangan yang LDM. "Kok bisa ya mereka menjalaninya," begitu dalam pikiran saya dulu.

Pada akhirnya, saya pun merasakannya juga 🤭

💝💝💝

Nah, dari pengalaman LDM ini saya tertarik untuk berbagi. Ditambah ada latar belakang psikologi dan kemampuan menulis, saya coba untuk sharing
Mengapa? Karena ternyata banyak lho pasangan yang  menjalani atau akan menjalani LDM ini. Baik karena alasan pendidikan, pekerjaan, usaha, daqwah atau lainnya.

Sehingga saya merasa semua kita butuh ilmunya, butuh persiapan, bekal, dan gambaran tentang LDM. Dengan bekal mumpuni dan belajar dari pengalaman orang lain tentu akan lebih siap dan bisa menjalani fase LDM dengan lebih bahagia 😇

💝💝💝

Alhamdulillah buku tentang LONG DISTANCE RELATIONSHIP telah rampung kami susun.

Sudah dibuka Pre Order untuk pemesanan bukunya. Bagi Ayah Bunda Yang tertarik dan ingin memiliki atau memberikan bukunya sebagai hadiah bisa japri saya ya di WA 081362359651

View Post

Setiap wanita tentu mendamba gelar istri sholeha. Gelar yang begitu agung dan bisa mengangkat derajat wanita ke tempat yang mulia di surga.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa "Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholeha."

Seperti apa sih sosok wanita dan istri yang sholeha itu? Sampai-sampai Rasulullah menjadikannya sebagai perhiasan yang terbaik di muka bumi ini.

Rasulullah SAW kemudian menjelaskan bahwa ada tiga kriteria istri yang disebut sholeha.

1. Pertama, Menyenangkan Saat di Pandang

Artinya, Sang istri mampu merawat dirinya dengan baik. Menjaga kebersihan, kerapian dan kecantikannya, terutama untuk memuaskan mata suami.

Pandai berdandan di depan suami, wangi dan harum saat menyambut suami datang, dan rapi dalam berpakaian.

Sehingga saat suami melihat dan berada di dekatnya, suami merasa nyaman, betah, dan tersepona. Ehh maksud saya terpesona.

2. Kedua, Mampu Menjaga Kehormatan Diri

Saat suami sedang tidak di rumah, Sang Istri menjaga kehormatan dirinya. Contohnya, tidak membawa/membiarkan tamu pria masuk ke rumah tanpa seizin suami. Tidak pergi atau ke luar rumah tanpa seizin suami. Begitu pula dalam interaksi secara tidak langsung lewat media sosial, tidak chating atau berhubungan dengan lawan jenis untuk urusan yang tidak perlu/syari.

Selain itu juga menjaga kehormatan diri dengan cara menjaga pikiran, lisan, dan pandangan dari tontonan atau aktivitas yang tercela atau sia-sia.

Istri sholeha akan sibuk mengerjakan aktivitas yang membuatnya semakin bernilai dan manfaat. Membaca buku, silaturahim, ikut kegiatan sosial, majelis taklim, dan sejenisnya. Sehingga waktu dan kesibukannya membuatnya semakin terhormat dan berharga. Tentu dengan itu suami pun akan semakin cinta dan bangga pada istrinya.

3. Ketiga, Menaati Suami

Ciri ketiga dari istri sholeha adalah TAAT pada suami. Apapun perintah suaminya, selama itu tidak melanggar syariat, maka hendaknya dikerjakan dengan ikhlas dan senang hati.

Harga diri suami akan semakin meningkat mana kala ia memiliki istri yang taat dan patuh padanya Dan sebaliknya suami akan merasa kesal dan kecewa, bila Sang Istri lebih sering membantah atau membangkang perintahnya.

Maka istri sholeha adalah wanita yang patuh pada suaminya dan berusaha untuk selalu melayani keperluan suami dengan sebaik-baiknya.

Kalau pun ada uzur, sakit atau sesuatu hal yang menghalangi, sampaikan dan komunikasikan secara santun pada suami. Suami yang baik tentu akan memaklumi.

Itu tadi sudah kita ketahui, tiga syarat yang harus dimiliki seorang wanita agar bisa menjadi seorang istri sholeha idaman suami.

Semoga bisa diaplikasikan dalam kehidupan pernikahan kita. Sehingga mudah-mudahan dengan itu rahmat Allah pun semakin tercurah untuk keluarga kita. Diberikan kebahagiaan, sakinah, mawadah, wa rahmah.

Bukankah ridho Allah terletak pada ridho suami. Yuk raih ridho suamisdengan menjadi istri sholeha.

Amin Ya Rabbalalamin
View Post


Bunda Sukma, mengapa belakangan ini anak saya semakin sulit dikendalikan? Sudah saya arahkan tapi masih saja membantah sehingga kadang saya lepas kendali dan menjadi marah.

💐💐💐

Bunda sholiha, pernah nggak ngambek sama suami? Pernah dong, ya

Biasanya kalau ngambek, sikap dan perilaku bunda jadi berubah kan? Biasanya ramah ke suami, pas ngambek jadi cuek. Biasanya nurut, jadi  males nurut. Biasanya sayang2an jadi malas mendekat. Biasanya perhatian jadi cuek.

Bener nggak?

*Sikap dan perilaku bunda jadi berubah, karena suami ada buat khilaf/salah ke bunda*, baik di sengajanya ataupun tidak sengaja, baik disadarinya ataupun tidak disadari suami.

Setuju ya...

Nah, begitu juga halnya dalam hubungan orangtua dan anak. Ketika anak menunjukkan sikap dan perilaku yang berbeda dari biasanya, sulit diatur, bikin ulah, dan sejenisnya, itu *karena ada perilaku orangtua yang membuat anak kesal/tidak nyaman.*

Coba Bunda lalukan introspeksi diri. Muhasabah diri. Merenungkan apa kiranya  kekhilafan yang Bunda perbuat pada ananda.

Barangkali, terlalu sering memarahi ananda. Sering menghukumnya. Berkata kasar dan menyudutkannya. Menyakiti hati atau fisiknya. Atau mungkin bunda terlalu cuek dan kurang memberi perhatian dan kasih sayang untuknya.

Saat anak merasa tidak nyaman dengan orangtuanya, mereka akan lebih memilih lebih lama di luar bersama temannya.

Bila bunda ingin ananda lebih betah di rumah tentu caranya dengan membuat anak-anak nyaman bersama orangtuanya.

Bisa di mengerti ya....

Mulai dengan pensucian jiwa yuk. Istighfar, mohon ampun, dan sholat taubat pada Allah. Agar hati kkta disucikan dari segala penyakit hati yang membuat tidak tenang, mudah emosi, dan buruk sangka.

Setelah itu, ambil kembali hati ananda, dengan *mengakui kalau selama ini bunda ada salah pada ananda*, kurang perhatian, pernah menyakiti fisik/hati ananda, dan lainnya.

Lalu *minta maaf pada anak.* Sama-sama *saling memaafkan*. *Bunda pun memaafkan kesalahan ananda* yang selama ini telah membuat bunda kesal dan marah.

Kemudian perbaiki hubungan dengan ananda. Lebih perhatian, lebih sabar, lebih banyak bermain bersama, ngobrol asyik, beribadah, dan *melakukan aktivitas bersama yang membuat ikatan emosional/hati antara orangtua dan anak semakin kuat.*

Terakhir, *terus perkuat dan perbaiki hubungan dengan Allah.* Saat hubungan orangtua dengan Allah semakin baik, semua persoalan akan menjadi lebih ringan, hati jadi tenang, emosi dan lisan terkendali, memandang persoalan atau setiap kejadian pun jadi lebih positif.

"Saat Kata Tak Mampu Lagi Menjawab, Biarkan Hati Saja Yang Berbicara."

Semoga dimudahkan untuk mengamalkannya ya Bunda. Jadi ibu yang lebih baik lagi dengan pertolongan Allah 😇

Salam Sayang
Bunda Sukma
View Post



Setiap orangtua pastinya punya style (gaya) pengasuhan yang berbeda-beda. Pada umumnya, orangtua banyak mengadopsi gaya pengasuhan dari orangtuanya terdahulu. Sebagian lagi mengkombinasikan gaya pengasuhan orangtua dulu dengan gaya coba-coba (otodidak). Tentu hal ini rawan dengan kesalahan ya.

Bila berpedoman pada teori psikologi perkembangan, kita akan mengetahui ada ada gaya pengasuhan otoriter, permisif, dan juga demokratis. Masing-masing gaya tersebut memiliki keunikannya tersendiri dan tak lepas dari kekurangan.

Gaya pengasuhan otoriter cenderung keras dan bersifat sepihak. Anak harus patuh pada semua ketentuan orangtua tapi kurang mendengar keinginan dan pendapat dari anak. Contoh : Orangtua memaksa anak mengambil jurusan tertentu walau anak tidak menyukainya.

Gaya Permisif cenderung santai dan bebas. Orangtua memberikan kebebasan pada anak tapi kurang melakukan kontrol dan batasan. Contoh : Anak bebas mau memilih jurusan apa saja atau skul dimana aja. Orangtua kurang terlibat dalam mengarahkan dan memberi alternatif pilihan ke anak.

Gaya Demokratis cenderung lebih seimbang. Orangtua memberi ruang bagi anak untuk berpendapat tapi juga anak tetap mendapat kontrol dan batasan dari orangtua sesuai dengan yang disepakati bersama. Contoh: saat pemilihan jurusan atau sekolah (pondok atau umum). Orangtua berdiskusi dengan anak secara dua arah. Mendengar inginnya anak dan menyampaikan inginnya orangtua, lalu memutuskan bersama.

Diantara ketiga gaya pengasuhan di atas, gaya demokratis menjadi pilihan yang terbaik untuk diterapkan dalam pengasuhan anak. Karena bisa menjembatani antara harapan orangtua dan anak dalam sebuah kesepakatan.

Bila berpedoman pada teori psikologi perkembangan di atas, kira-kira selama ini Ayah Bunda menerapkan gaya pengasuhan yang mana ya?

Ayah Bunda, tidak mengapa bila selama ini kita sebagai orangtua masih banyak salah dalam pengasuhan anak. Terus belajar dan memperbaiki kesalahan adalah langkah yang harus segera dilakukan untuk bisa menjadi orangtua yang lebih baik.

"Di mana ada kemauan, di situ ada jalan."

"Allah tidak akan mengubah suatu kaum, sebelum kaum itu mengubah dirinya sendiri." (Q.s Ar-rad: 11)

Rasulullah bersabda: "Pada dasarnya setiap anak terlahir fitrah, orangtuanyalah yang mengubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi."


Bila selama ini, orangtua mendapati banyak hal yang negatif pada sikap dan perilaku anaknya, maka sebelum mengubah anak, maka orangtua harus mengubah dirinya terlebih dulu.

Mengubah mindset pengasuhan, memperbaiki ibadah kepada Allah, dan memperbaiki hubungan dengan anak-anak.


Ayah Bunda, agar sebagai orangtua, kita tidak salah dalam mengasuh anak, maka kita harus punya pedoman yang baku.

Pedoman yang bisa memandu dan menjadi acuan kita dalam bersikap dan berperilaku kepada anak-anak.

Pedoman yang akan kita cari mana kala, kita sebagai orangtua bingung, lemah, dan tak berdaya dalam menghadapi problematika anak.

Tahukah Bunda dimanakah letak pedoman itu?

Ya, pedoman hidup kita, dan termasuk pedoman bagi orangtua dalam pengasuhan anak adalah ada pada *Al-quran dan Hadist.*

Cukuplah dengan berpedoman pada dua hal itu maka kita sebagai orangtua akan selamat dan insya Allah tidak akan lagi salah asuh.

Untuk itu, sebagai orangtua hendaknya interaksi kita dalam membaca dan mempelajari Al-quran dan Hadist haruslah semakin tinggi. Sehingga dengan itu semakin banyak pula bekal yang orangtua ilmu dan pemahaman yang dimiliki.

Ayah Bunda, dalam Al-quran dan hadist, kita berpedoman pada dua hal utama dari Allah.

Pertama, perintah.
Kedua, larangan.

Jadi, Allah memberikan perintah dan larangan sekaligus bagi kita. Perintah untuk menaati dan menjalankan hal-hal yang Allah ridhoi. Serta larangan untuk menjauhi hal-hal yang Allah murkai.

Diantara perintah dan larangan itu, Allah tetapkan pula balasan yang mengiringinya. Bila mengerjakan perintah Allah akan mendapat balasan kebaikan, pahala, rezeki, dan surga. Sebaliknya, bila mengerjalan larangan Allah akan mendapat balasan keburukan, ancaman, adzab, siksa, dan neraka.

Allah pun tetap memberi ruang bagi yang melanggar larangannya untuk bertobat. Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Allah selalu memberi kesempatan bagi setiap hamba untuk memperbaiki dirinya dan berubah menjadi lebih baik (hijrah).

Ayah Bunda, prinsip yang ada dalam Alquran dan Hadist itulah yang bisa menjadi pedoman kita dalam mendidik anak-anak.

Bila ada perilaku anak yang masih sejalan dengan Alquran dan hadist atau masih berada dalam kebaikan, hendaknya kita sebagai orangtua memberikan dukungan didalamnya. Tapi bila perilaku anak sudah menyimpang dari ketentuan Allah, maka haruslah tegas menyikapinya.

Contoh kasus terkait dengan perilaku *Memukul atau hukuman Fisik.*

Diberikan perintah untuk memukul anak bila pada usia 10 tahun anak belum mengerjakan sholat.

Adalagi perintah merajam bahkan sampai mati bagi pelaku zina.

Mari kita renungkan bersama, bahwa hukuman sejatinya boleh saja diberikan pada anak *apabila anak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syariat.*

Dan sebelum point hukuman itu jatuh, Allah sudah beri peringatan dan tahapan pendidikannya pula.

Ajarkan anak sholat sejak ia berusia 7tahun. Jadi ada masa 3 tahun untuk membimbing, menuntun dan membiasakan anak mengerjakan sholat. Nah, bila di usia 10th ia belum juga tertib mengerjakannya, maka barulah orangtua diberi ruang untuk menghukum.  Jadi aturan yang Allah tetapkan tidak bersifat tergesa-gesa. Ada tahapannya.

Begitu pula dengan aturan rajam bagi pezina.  Allah pun sudah memberi petunjuk dan tahapannya agar sebagai orangtua, kita mendidik anak-anak agar menutup aurat, jangan mendekati zina (tidak pacaran), tidak berdua-duaan dengan lawan jenis. Nah, bila tahapan ini telah orangtua ajarkan dan kontrol maka tentu akan selamat, insya Allah. Tapi ketika dilanggar maka hukuman rajam dapat dilakukan sebagai EFEK JERA tidak hanya bagi pelaku tapi juga masyarakat umum.

Tentunya hukuman itu akan bisa memberi efek jera bila memang hukuman diberikan tepat sasaran.

Bayangkan bila orangtua terbiasa memukul, mencubit, dan menyakiti fisik anaknya hanya karena persoalan sepele, atau pelampiasan emosi orangtua semata, maka ketika anak hendak diberi suatu hukuman karena kesalahan fatal yang bersifat syariat ia lakukan, tentu tidak akan memberi efek jera. Anak jadi bias dan bingung tidak tahu membedakan mana hal dari perilakunya yang memang salah dan patut dihukum dan mana yang bukan.

Ayah Bunda, dari Al-quran dan hadist kita belajar bahwa dalam mendidik dan mengasuh anak ada tahapannya.

Bila ingin menanamkan sebuah nilai pada anak maka hendaknya secara bertahap. Untuk itu, maka pendidikan sejak usia dini, sejak anak masih kecil haruslah dilakukan. Nilai-nilai kebaikan dan syariat islam harus sudah dikenalkan dan ditanamkan sedini mungkin.

Ajarkan anak tentang baik dan buruk, salah dan benar, halal dan haram, perintah dan larangan.

Sehingga doa anak pada orangtua menjadi penuh makna.

"Ya Allah, ampunilah dosaku dan dosa kedua ibu bapakku, sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil."

Ya di waktu kecil. Karena di waktu kecil itulah kunci   peletakan pondasi kebaikan /keburukan pada anak. Di masa kecil pula pondasi keimanan anak sudah mulai ditanamkan. Di masa kecil pula pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Bila di masa kecil orangtua bisa mengukir banyak cinta dan kebaikan bagi anak, tentunya di masa dewasa, insya Allah orangtua akan menuai banyak kebaikan.

Ya Allah, berikanlah kami petunjuk dan kemudahan untuk menjadi orangtua  yang taat kepada Mu, hingga Engkau ridhoi dan bimbing kami dalam mengasuh anak-anak titipan dan anugerah dari Mu ini dengan sebaik-baiknya.

Bila selama ini, orangtua belum memahami dan terlanjur salah, maka Allah sangat luas ampunannya. Dengan beristighfar, menyadari kesalahan, bertaubat dan memohon ampunan Allah, insya Allah kita sebagai orangtua akan dibimbing untuk berubah dan menjadi lebih baik.

Mulai memperbanyak cinta di dalam keluarga. Sebagaimana yang Rasulullah ajarkan.

"Buatkah anak-anak kalian menjadi senang, kelak kalian di akhirat, akan dibuat benar-benar senang karenanya."

Memberi kebahagiaan dan rasa senang adalah hal yang penting untuk orangtua lakukan pada anak.

Caranya, seperti yang Rasulullah ajarkan, bermain bersama anak, menggendong, memeluk, mencium, berkisah, memberi hadiah, dan lainnya.

Anak yang hatinya dipenuhi dengan cinta, maka ia pun akan mudah untuk memberi cinta bagi sekelilingnya.

Mendidik Dengan Cintai itulahcara yang dapat orangtua terapkan dalam pengasuhan anak. Cinta seperti yang Allah dan Rasulnya ajarkan. Cinta yang penuh kasih sayang karena Allah.

Semoga bermanfaat 🤗😇
View Post


ANAK TANTRUM ? Mengapaperilaku tantrum menjadi salah satu "masalah" pengasuhan bagi orangtua?
Karena bisa jadi, orangtua belum menemukan cara yang tepat untuk mengatasinya.

Orangtua masih mudah terpancing emosi saat menghadapi anak yang tantrum. Padahal, tantrum adalah perilaku yang wajar bagi anak. Karena tantrum merupakan salah satu cara anak mengekspresikan perasaannya. Apakah ia sedang lapar, haus, ngantuk, bosan, atau lainnya.

Biasanya ada dua sebab anak tantrum, yaitu karena
1. Kebutuhannya belum terpenuhi, atau
2. Keinginannya tidak terpenuhi

Kalau terkait kebutuhan, tentu orangtua akan sukarela mengupayakan dan segera memenuhinya.

Nah yang sering jadi persoalan adalah yang berkaitan dengan keinginan anak.

Ingat! Tidak semua keinginan anak harus dipenuhi. Karena yang sifatnya keinginani itubisa ditunda.

Orangtua harus TEGAS mengajarkan anak untuk berlatih sabar dan menunda keinginannya. Karena dalam kehidupan nyata dan di lingkungan sosialnya nanti, di sekolah atau di lingkungan rumah, anak harus bisa belajar mengendalikan dirinya sehingga ia bisa diterima di lingkungan sosial dengan baik.

Bila setiap keinginan anak selalu dipenuhi, anak tidak belajar bersabar, tidak belajar berbagi, tidak belajar mengalah. Ketika di sekolah, ia akan kesulitan dalam berteman. 

Untuk itu, Bunda tidak perlu merasa bersalah saat ada keinginan anak yang belum bisa dipenuhi. Belajar tegas untuk kebaikan anak. Jika orangtua tegas, anak pun akan belajar dan memahami bahwa tidak semua inginnya harus dipenuhi.

Hal yang perlu dilakukan ketika anak tantrum adalah bersikap tenang. Orangtua harus tenang dulu, jangan panik, apalagi emosi. Saat tantrum, anak butuh diberikan ketenangan. Kalau orangtuanya tidak tenang dan terpancing emosi, lalu bagaimana bisa menenangkan anaknya. Alih-alih menenangkan anak, justru orangtua yang perlu ditenangkan.

Agar orangtua bisa tenang, boleh ambil jarak sejenak dari anak yang sedang tantrum. Tarik nafas, istighfar, ambil wudhu, atau ubah posisi, dan langkah-langkah yang bisa segera meredakan emosi dan menenangkan orangtua. Jika emosi orangtua sudah terkendali, silahkan hadapi anak tantrum dengan tenang. Bantu mereka untuk bisa tenang kembali.

Cara palingpceoat menenangkan anak tantrum adalah lewat sentuhan dan pengalihan.

Sentuh anak dengan menggendong dan membawanya ke tempat berbeda yang udaranya lebih sejuk dan terbuka. Ingat, memeluknya dengan cinta ya jadi pastikan hati bunda sudah tenang saat menyentuhnya karena kalau anak dipeluk dalam keadaan hati bunda sedang bergemuruh pasti akan semakin rewel. Karena ia jadi tidak tenang. Peluk anak dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Lalu alihkan pikirannya dengan mengajak melihat hewan, atau obrolan lain yang ia suka. Kalau saya seringnya mengajak anak ngobrol tentang kegiatannya yang lalu, misal ke taman safari kemarin kita lihat gajah ya dek. Ada berapa ya gajahnya. Adek senang nggak lihat gajahnya.

Langsung alihkan perhatian anak. Jangan malah fokus bahas penyebabnya tantrum karena itu bisa membuat anak semakin tantrum. Alihkan bahasan dan pembicaraan pada topik lain yang lebih menentramkan.

Saat hati tenang, solusi pun akan datang. Hanya dengan mengingat Allah hati jadi tenang. Jangan lupa minta bantuan Allah saat orangtua merasa kesulitan.

By: Sukmadiarti Perangin-angin,M.Psi.,Psikolog


View Post


Ya Allah...
Hatiku tersentak

"Mi, kayaknya bener deh yang Ummi bilang. Pinggang ayah sakit, karena kurang kasih sayang," ujar siang itu selepas bangun dari istirahatnya.

Belakangan ini, Ia sering mengeluhkan tentang nyeri di pinggangnya. Secara teori, sebab psikologis yang melatarbelakangi sakit di bagian pinggang salah satunya karena kurang kasih sayang.

Awalnya, saat saya katakan begitu, suami membantah. Selama ini hubungan kami baik-baik saja. Sehingga saat saya tanyakan apa Ayah kurang kasih sayang dari Ummi, ya? Apa karena kita LDM? Ia jawab, "Enggak kok. Itu kan teori Ummi, saja," bantahnya.

Tapi, sore ini iya membenarkan argumen yang saya sampaikan di awal.
 Kenapaa, Yah? Kok tiba-tiba, Ayah sependapat dengan Ummi. "Ayah mimpi apa tadi?" tanyaku.

"Iya, belakangan ini, Ayah minta Ummi mijitin, tapi Ummi selalu menghindar. Nggak langsung mengerjakan apa yang Ayah pinta. Jadi, Ayah kadang makan hati," ungkapnya.

Deg....
Ya Allah...
Tanpa sadar, saya sudah membuat suami tidak ridho akan sikap saya.

Sedih rasanya...
Selama ini saya anggap itu sebagai hal sepele. Bukan suatu permintaan yang perlu untuk segera dikerjakan. Jadinya ditunda-tunda.

Padahal bagi suami, itu sudah menjadi suatu yang membuat hatinya "kesal" karena permintaannya tidak segera ditaati.

🌸🌸🌸

Duhai Teman-teman muslimah...
Begitulah kenyataannya, terkadang kita melakukan kesalahan yang tidak kita sadari. Kesalahan kecil tapi sudah membuat hati pasangan kita tidak ridho.

Kita anggap Sederhana...
Tapi ternyata bagi suami itu Penuh Makna...
"Istrinya nggak taat"
Dan itu sudah bisa membuat berkah hidup kita terhalang. Bila ada perilaku kita yang membuat suami tidak ridho.

Ya Allah...
Kita merasa tidak ada masalah, tapi ternyata ada masalah. Kadang tidak terungkap karena sama-sama belum menyadari dan belum sempat terungkap rasa hatinya.

Terlupakan begitu saja dengan aktivitas-aktivitas lainnya. Mungkin karena tidak mau jadi masalah. Tapi rasa yang ada bila belum dilepaskan dengan ikhlas akan berbahaya dan bisa menjadi pemicu munculnya penyakit.

Astahgfirullahaladzim...
Maafkan istrimu ini, ya sayang.
Janji, insya Allah mulai sekarang, akan segera memenuhi setiap permintaanmu. Bila pun ada halangan, akan memohon ridho dan ijinmu terlebih dulu.

Terima kasih Ya Allah
Lewat kejadian ini Engkau tunjukkan kekhilafan yang selama ini tidak hamba sadari.

Maafkan istrimu ini, ya sayang.
Ridhomu sangat berharga untuk surga istrimu ini.

Sehat-sehat ya, cinta...
Panjang umur, bahagia selalu 🌹

🌺🌺🌺

Ada tulisan bagus yang bisa memperdalam ilmu kita tentang pentingnya seorang istri mendapat ridho suami.

Berikut tulisannya ya, semoga bermanfaat untuk kita semua.


Ridha Allah Setelah Ridha Suami

Oleh Herman RN


DALAM sebuah hadis sahih disebutkan bahwa “Ridha Allah berada setelah ridha orangtua.” Artinya, ridha orangtau itu di atas ridha Allah. Ini sebabnya seorang perempuan tidak boleh menikah sesuka hatinya tanpa persetujuan orangtuanya. Jika dipaksakan, akan banyak halangan merintang.

Namun, setelah seorang perempuan menikah, ridha suami justru berada di atas ridha orangtua. Bahkan, Allah baru akan ridha kepada seorang perempuan jika suaminya sudah ridha. Di sini Allah hendak menunjukkan maqam suami di atas maqam istri, meski dalam tindakan sosial tiada berbeda antara seorang lelaki dan perempuan.

Seorang perempuan yang tidak mendapatkan ridha suami, niscaya tak diterima ibadahnya. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa seorang perempuan yang tidak mendapatkan ridha suami, ia tidak akan mendapatkan syurga Allah swt. Sebaliknya, perempuan yang selalu mengharapkan ridha suami sama dengan mengharapkan ridha Allah. Tentu saja balasannya adalah syurga.

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?” Mereka menjawab ‘Tentu saja wahai Rasulullaah.’ Nabi berkata: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata, ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.” (HR. Ath Thabrani dalam)

Hadis di atas mengingatkan para istri agar selalu mengharap ridha suami sebelum ia tidur. Seorang istri yang paham betul bahwa ridha suami akan mengantarkannya ke syurga Allah, pastilah ia akan selalu berusaha menyejukkan hati suaminya. Terlebih lagi, lidah istri adalah sembilu bagi hati suami.

Untuk diketahui, malaikat pun akan melaknat istri yang durhaka kepada suami. Rasulullaah saw. bersabda, وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ رَجُلٍ يَدْعُو امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَتَأْبَى عَلَيْهِ إِلاَّ كَانَ الَّذِي فِي السَّمَاءِ سَاخِطًا عَلَيْهَا حَتَّى يَرْضَى عَنْهَا “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya lalu si istri menolak (enggan terhadapnya), maka penghuni langit murka kepadanya hingga suaminya ridha kepadanya.” (HR. Bukhari no. 5194 dan Muslim no.1436).

Maksud frasa “penghuni langit” adalah malaikat dan segala isi langit. Begitu tingginya maqam seorang suami bagi istri. Apabila suami murka, bisa mengakibatkan tertolaknya salat yang dilakukan oleh sang istri. Perhatikan hadis berikut ini.

“Ada tiga kelompok yang salatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah). Orang yang mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya, istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya, dan dua saudara yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan).” (HR. Ibnu Majah).

Dengan demikian, penting sekali mendapatkan ridha suami sebelum seorang istri memejamkan matanya. Tidurnya seorang istri sebelum meminta ridha suami, tidak akan jadi ibadah, meskipun ia sudah membaca doa sebelum tidur.

Pentingnya ridha suami juga dipertegas dalam hadis-hadis lain. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ibadah sunnah sekali pun tidak akan ada pahalanya dikerjakan seorang istri jika tidak minta ridha suami. “Tidak halal bagi seorang istri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada, kecuali dengan seizinnya. Dan tidak halal memberi izin (kepada orang lain untuk masuk) ke rumahnya kecuali dengan seizin suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026).

Rasulullah pernah bersabda: لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ المَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا “Seandainya aku boleh menyuruh seseorang sujud kepada orang lain, maka aku akan menyuruh seorang wanita sujud kepada suaminya.” (Hadits shahih riwayat At-Tirmidzi, di shahihkan oleh Al-Albani dalam Irwaa’ul Ghalil (VII/54).

Hadis ini sangat tegas menyatakan maqam suami. Namun demikian, suami tetaplah manusia. bukan malaikat. Tidak ada kepatutan mengimami suami yang durhaka di jalan Allah swt. Tidak pula ada suatu alasan ketaatan kepada suami atas nama kemaksiatan. Misalkan saja rumah tangga dalam keadaan terhimpit ekonomi. Lalu sang suami meminta istri menjual diri. Dalam hal ini, istri berhak untuk tidak taat kepada suaminya.

 “Tidak ada kewajiban taat jika diperintahkan untuk durhaka kepada Allah. Kewajiban taat hanya ada dalam kebajikan.” (HR Ahmad).

Dalam hal ini, ada anjuran kepada para istri agar tetap menasihati suami. Karena lidah perempuan adalah sembilu bagi seorang lelaki, hendaknya seorang istri menasihati suami dengan suara lemah lembut, kata-kata yang sopan. Hindari menasihati suami dalam keadaan emosi. Jangan pernah mengeluarkan kata-kata mencela apalagi memaki suami. Kata-kata makian bisa membuat suami sakit hati. Saat itu pula, ridha suami akan hilang untuk si istri.

Setiap istri harus selalu mengingat hadis Rasulullah saw. yang menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka itu dari golongan perempuan. Maka, jagalah lidah, terutama untuk hati suami.

“Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali. Aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Sahabat bertanya: ‘Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Karena kekufuran mereka.’ Kemudian sahabat bertanya lagi: ‘Apakah mereka kufur kepada Allah?’ Beliau menjawab: ‘Mereka kufur terhadap suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata: ‘Aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan pada dirimu.’” (HR. Bukhari, dari Ibnu Abbas ra.)

Perhatikan petikan terakhir hadis di atas. Janganlah sekali-kali seorang istri suka melihat kekurangan suami. Apalagi, sampai mengucapkan kata-kata “menyesal aku menikah dengan kamu.” Sekali kalimat itu dikeluarkan seorang istri, seisi langit dan bumi berguncang, mengutuk si istri. Na’uzubillah…

 “Orang yang tidak berterima kasih kepada manusia, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah”. (H.R. Abu Daud, disahihkan oleh Al-Albani).

[disarikan dari berbagai sumber]

View Post


Saya terkagum sekali dengan program akhir pekan yang diberikan oleh wali kelas anak saya, Bu Neneng, kepada siswa-siswinya. Bu Neneng memberikan tugas rumah pada setiap anak untuk belajar mandiri dan memiliki tanggung jawab di rumah, khususnya untuk urusan yang terkait dirinya sendiri.

Pekan lalu, anak-anak diberi tugas latihan merapikan tempat tidur. Pekan berikutnya mencuci piring. Berikutnya merapikan rak sepatu. Begitu seterusnya.

Anak-anak dan orangtua pun menyambut antusias tugas yang diberikan Bu Guru. Masing-masing orangtua melaporkan tugas anak-anaknya dengan semangat.

💐💐💐

Saya sendiri, jujur menjadi tersadar. Bahwa selama ini saya belumlah maksimal memberikan anak-anak tanggung jawab di rumah. Belum ada pembagian tugas yang jelas dan konsisten pada anak-anak. Sehingga tentu belum bisa dievaluasi.

Tugas yang diberikan Bu Neneng pada anak-anak membuka lagi kesadaran saya sebagai orangtua, betapa pentingnya kita untuk melatih anak-anak bertanggung jawab sejak dini. Ya, betul, sejak usia sedini mungkin.

Barangkali, orangtua, termasuk saya, masih berpikiran mereka masih kecillah. Tapi sebenarnya, justru sejak kecil mereka, anak-anak harus sudah dlatih mandiri dan bertanggung jawab, minimal untuk hal-hal yang terkait dengan dirinya sendiri.

Merapikan tempat tidur, mencuci piring, merapikan sepatu, tas, buku, mainannya sendiri. Banyak hal dan tugas yang sudah bisa orangtua berikan pada anak sebagai latihan kemandirian anak dan membangun tanggung jawabnya sejak dini. Walau mungkin di rumah ada asisten yang membantu, tetap berikan setiap anak tugasnya masing-masing dengan beban yang sesuai dengan usianya.

💐💐💐

Lantas sejak kapan anak bisa mulai diberi tanggung jawab?

Sejak ia mulai bisa berjalan barangkali bisa menjadi titik awalnya. Mulai dari hal-hal yang berkaitan dengan pribadi anak.

Orangtua mendampingi anak untuk meletakkan mainannya pada tempatnya, memakai sepatu, memakai baju, makan, minum, dan sejenisnya.

💐💐💐

Komunikasi menjadi awal yang penting untuk mendukung terwujudnya program ini. Tugasnya bisa orangtua sesuaikan dengan gender, usia, atau bisa pula ditanyakan langsung pada anak-anak mereka ingin mengerjakan pekerjaan rumah yang mana saja.

Langkah selanjutnya orangtua bisa mengingatkan anak-anak akan pelaksanaan tugasnya. Konsisten mendampingi anak dalam pelaksanaannya.

Kemudian lakukan evaluasi terkait proses dan hasilnya agar semakin hari semakin baik dalam pelaksanaannya.

Jangan lupa untuk memberi apresiasi dan ucapan terima kasih karena merek telah membantu orangtua dan bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

💐💐💐

Kita, sebagai istri atau suami, tentu senang memiliki pasangan yang bisa membantu dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga saat di rumah. Untuk itulah, sejak dini, kita sebagai orangtua harus bisa menyiapkan anak-anak kita agar kelak bisa menjadi pribadi yang disayangi dan diidamkan pasangannya, salah satunya karena kesediannya terjun dalam pekerjaan rumah tangga.

Menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab tidak bisa lahir instan. Butuh latihan dan konsistensi dalam menjalankan perannya sehari-hari. Dan hal itu sudah bisa dibentuk sejak usia anak-anak.

Yuk, Ayah Bunda, berikan anak-anak kita tanggung jawab sebagai bekal masa depan mereka yang lebih baik.

#happyparenting #sukmadiarti #parentingschool
#melatihtanggungjawab #anakmandiri
View Post


Menikah adalah fitrah kebutuhan setiap manusia. Fitrah berkasih sayang. Fitrah mencintai dan ingin dicintai. Maka menikah adalah salah satu sarana untuk menyalurkan fitrah manusia untuk berkasih sayang.

Tentunya dalam bingkai pernikahan itulah wujud cinta kasih sayang dapat kita buktikan lewat sakinah mawaddah wa rahmah. Lahirnya ketenangan, ketentraman dan kedamaian bersama pasangan dan anak-anak.

Allah SWT memiliki sifat Rahman dan Rahiim. Pengasih dan penyayang. Kasih dan sayang Allah ia berikan tanpa pandang bulu. Siapa saja hamba-Nya, baik muslim atau non muslim, baik taat maupun ingkar, semuanya ia berikan haknya masing-masing. Ia balas setiap kebaikan dengan kebaikan yang berlipat. Tapi ketika hambanya berbuat buruk, ia hanya berikan sedikit teguran yang sepadan, dan membuka pintu maaf dan ampunan yang luas. Yaa Rahmaan Yaa Rahiim.

Belajar dari sifat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, kita pun jadi bisa memahami, betapa Allah tidak pilih kasih. Sudahkah kita sebagai hamba-Nya bisa mengamalkan sifat itu pula? Tetap memberikan kasih dan sayang kepada sesama, walau kita diingkari, disakiti, dilupakan, dikhianati?

Tentunya Bisa...
Karena memang kita pun diciptakan Allah dengan fitrah berkasih sayang. Fitrah yang sudah kita bawa sejak sebelum dilahirkan. Fitrah kesucian dan kebaikan yang mengalir dalam kehidupan. Karena sejatinya hati selalu mengajak diri pada kebaikan.

Allah ajarkan kita untuk mengasihi dan menyayangi yang tua, muda, dan lemah. Kita diajarkan saling membantu dan menolong sesama. Saling mengingatkan dalam kebaikan. Menyeru pada yang benar dan mencegah dari yang salah.

Ketika ada kesalahan yang kita temui dari orang-orang terdekat atau sekeliling kita, Allah ajarkan untuk tetap bersikap baik. "Balaslah kekeburukan itu dengan sesuatu yang lebih baik." Kita juga diajarkan untuk saling memaafkan dan berlapang dada atas kekhilafan yang dilakukan orang lain.

Sebagai gantinya, Allah berikah pahala dan balasan yang mulia bagi orang-orang yang bersabar. Sabar dan ikhlas dalam menerima segala ketentuan yang telah Allah berikan.

Allah menguatkan optimisme dan kesabaran kita hamba-Nya dengan subuah firman yang menyejukkan bahwa "Sesungguhnya sesudah kesulitan, akan ada kemudahan." Masya Allah.

Pernikahan menjadi sarana bagi kita untuk belajar banyak hal tentang kehidupan. Termasuk belajar berkasih sayang, saling menerima kelebihan dan kekurangan, saling memaafkan kesalahan, dan saling mengingatkan dalam ketaatan.

Pernikahan menjadi salah satu jalan pembuktian bagi kita sebagai Hamba Allah. Mampukah kita mensyukuri segala nikmat-Nya dan bersabar atas ketentuan yang Ia hadirkan.

Bagi kita yang mampu BERSYUKUR, Allah telah berjanji bahwa Ia akan menambah Nikmat-Nya bagi hambanya yang bersyukur. Raihlah kebahagiaan itu dengan senantiasa bersyukur pada Allah Swt.

Bersyukur atas nikmat pernikahan, pada pasangan, anak, dan rezeki yang Allah berikan dalam keluarga kita. Dan tanda syukur seorang hamba adalah dengan semakin bertambahnya ketaatannya kepada Allah swt.

Menikahlah, maka Engkau akan Bahagia. Jadikan pernikahan kita menjadi pernikahan yang penuh barokah, kasih sayang, sakinah mawaddah, wa rahmah.

Semoga Allah melimpahi keluarga kita dengan kasih sayangnya. Amin Ya Rabbal Alamin

By: Sukmadiarti Perangin-angin




View Post