SELALU ADA SOLUSI, SETELAH INTROSPEKSI

By: @sukmadiarti_psikolog


Allah berfirman dalam QS. Ar-rad:11 yang artinya:

"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. *Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.* Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia."


✨✨✨


Allah mengingatkan kita bahwa keburukan apapun yang kita dapatkan dalam hidup ini, semuanya sudah atas kehendak Allah. Tidak ada yang bisa menghalanginya.


Saat kita sudah mempersiapkan diri, membuat perencanaan yang matang, namun di tengah jalan ada kesulitan, maka sesungguhnya kesulitan itu adalah kehendak Allah. Sesuatu yang kita yakini datang atas ijin Allah, pastilah ada kebaikan dan pelajaran yang bisa kita ambil dari kejadian tersebut yang nantinya akan bermanfaat bagi kita.


Lantas, saat kita sudah menerima apa yang menjadi kehendak Allah, apa yang perlu kita lakukan untuk mengubah keadaan/masalah yang sulit tadi?


Allah sampaikan di QS. Ar-rad: 11 tadi bahwa jika kita ingin mengubah keadaan kita yang sedang buruk/bermasalah, maka harus dimulai dengan mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu. Jadi masalah yang datang dari luar, bukan diselesaikan dengan mengubah masalah atau pelakunya dulu, tapi jutsru yang lebih dulu di ubah adalah yang ada di dalam diri kita.


Nah, bagaimana cara untuk mengubah apa yang ada dalam diri?

Lakukan introspeksi diri. 


Ustad Luqmanulhakim menyampaikan dalam pemaparannya bahwa "selalu ada solusi, setelah introspeksi diri." Maka, saat ada masalah, yang pertama kita perlu lakukan adalah introspeksi diri. 


Allah tegaskan dalam QS. An-nisaa: 79 bahwa: "Apa saja bencana gang menimpamu, maka itu berasal dari kesalahan dirimu sendiri." Lakukan introspeksi ke dalam diri, apa kiranya kesalahan yang pernah kita perbuat sebelumnya, baik kepada Allah, ataupun kepada makhluknya. Temukan kesalahan-kesalahan diri dan istighfari satu persatu-satu. Fokuskan ke dalam diri. 


Kita bisa lakukan 3 hal untuk melewati masa-masa sulit dalam hidup kita:

1. Jaga Pikiran

Dengan keimanan dan keyakinan bahwa masalah ini pasti bisa kita lewati karena kita yakin Allah tidak membebani hamba-Nya melebih kesanggupannya.


2. Jaga Perasaan

Tenangkan hati dengan mengingat Allah, sebab hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang. Pastinya saat ada masalah, perasaan kita gelisah, maka cari ketenangan dengan mengingat Allah sebanyak-banyaknya.


3. Jaga Perilaku

Tingkatkan kualitas dan kuantitas amal ibadah kita. Allah kasih kita teguran karena Allah sayang, rindu, dan ingin bertemu kita. Maka, dekatkan diri kita dengan Allah lewat amal sholeh yang bisa mendatangkan ridho Allah kembali. Bersedekah, sholat taubat, meminta maaf pada orang yang pernah kita sakiti, berbuat baik, mendoakan orang lain yang sedang mengalami masalah yang sama dengan kita, berkonsultasi, dst. 


Dengan langkah-langkah tadi, semoga Allah meridhoi kita. Jika Allah sudah ridho, maka Masya Allah. Allah Maha Kuasa mengangkat kesulitan kita dengan cara yang tidak kita duga-duga. 


Semoga kita bisa memetik pelajaran dalam setiap episode kehidupan yang Allah hadirkan sehingga membuat cinta kita bertambah-tambah kepadaNya. Aamiin


View Post


 

5 JENIS RESPON SAAT MENGHADAPI MASALAH

By: @sukmadiarti_psikolog


Masalah muncul saat ada kesenjangan antara apa yang kita harapkan dengan kenyataan yang dihadapi. Contoh, kita berharap memiliki tubuh yang sehat, tapi kenyataannya, saat ini sedang sakit. Kita berharap anak mengerjakan tugas sekolahnya, kenyataannya, ia belum juga menyelesaikan tugasnya. Kita berharap bisa mudik, kenyataannya pemerintah tidak mengijinkan mudik. Kita berharap omset dan penghasilan bertambah, kenyataannya justru menurun.


Saat terjadi masalah, ada 5 jenis respon yang umumnya akan kita pilih. Tiap-tiap pilihan respon tersebut, akan mempengaruhi kualitas dan kondisi emosi kita dalam menyikapi masalah yang datang.


Pertama, Menolak (Denial)

Awal ketika masalah itu hadir, umumnya kita akan menolaknya. Tidak terima. Ya Allah, lagi bulan Ramadhan, ingin bisa beribadah maksimal, tapi kok ya tubuh sakit. Ya Allah, anak udah disekolahin, tapi kok belum memgerjakan tugasnya. Ya Allah, udah dua tahun belum mudik, kok ya sekarang niat mudik dilarang. Reaksi pertama kita, umumnya menolak. Tapi reaksi ini ternyata membuat perasaan kita jadi tidak nyaman.


Kedua, Marah (Anger)

Penolakan yang kita pilih di awal, akhirnya membuat perasaan kita jadi tidak nyaman. Muncullah rasa marah. Marah kepada diri sendiri, kok gak bisa jaga kesehatan, kok kurang tegas mengarahkan anak mengerjakan tugas, kok gak mudik dari sebelum-sebelumnya saja, kok gak berusaha lebih keras, dst. Tidak hanya marah pada diri sendiri, kita pun akhirnya bisa marah ke orang lain yang kita anggap berkontribusi sebagai penyebab datangnya masalah. Marah ke orang lain yang tidak pakai masker, marah ke anak yang menunda-nunda mengerjakan tugas, marah ke pemerintah, ke pelanggan, dst. Reaksi kemarahan ini, ternyata beum juga membuat perasaan kita jadi nyaman.


Ketiga, Tawar Menawar (Bargaining)

Kita pun mulai berandai-andai. Andai saja saya kemarin tidak pergi ke tempat kerumunan, andai saja guru anak tidak banyak memberi tugas, andai saja saya tinggalnya gak jauh dari orangtua, andai saja saya punya penghasilan tetap, dst. Kita mulai tawar menawar, jika, jika. Tapi ternyata, masalahnya sudah terjadi, dan kita tidak bisa kembali memutar waktu. Sehingga, pilihan berandai-andai tadi, tetap belum bisa membuat perasaan menjadi tenang. Justru terkadang malah membuat jadi semakin bersalah dan menyesal.


Keempat, Depresi

Terus memikirkan mengapa masalahnya datang, menyalahan dan marah pada penyebabnya, dan berandai-andai bisa memutar waktu, akhirnya membuat pikiran semakin kusut, hingga depresi. Putus asa. Tidak lagi bersemangat. Merasa seakan semua keadaan afau masalah ini adalah akhir dari segalanya, tidak bisa berubah lagi. Jadi perasaan pun semakin terpuruk.


Kelima, menerima (Acceptance)

Barulah, titik saat kita bisa menerima masalah yang datang dengan sukarela, hati pun terasa lapang. Saat kita bisa menerima, kita tidak lagi menyalahkan siapapun. Menerima artinya kita mengambil tanggung jawab penuh atas masalah yang sedang dihadapi. Dengan menerima ini pula, maka pikiran pun akan semakin terbuka untik solusi dan jalan keluarnya. Tidak lagi membesar-besarkan masalahnya seperti di fase-fase sebelumnya. Menerima juga akan membuat perasaan kita jadi tenang, sehingga solusi pun menjadi semakin terang.


Bila kita sudah pahami, step by step dari penerimaan masalah tadi, maka kini, ketika masalah datang, kita bisa mempercepat prosesnya dengan menerima masalah yang datang dengan rasa syukur. Alhamdulillah. 


Masalah yang datang pasti sudah sesuai kapasitas kita untuk menerimanya. Saat kita meragukan diri kita dan menolaknya, masalah justru terasa leboh berat. Maka, terima dulu masalahnya, lalu pasrahkan (libatkan Allah) untuk membantu kita dalam penyelesaiannya. Menyelesaikan masalah seorang diri tentu saja kita tidak kuat. Kita boleh meminta bantuan profesioanal, dan tidak putus meminta pertolongan Allah, agar jalan yang dilalui dalam proses melewati masalahnya bisa semakin terang. 


Semoga Bermanfaat

#saattenang

#solusidatang


Bagaimana menurut teman-teman?


View Post