Pilihan Saat Menghadapi Takdir Allah




Sadar nggak sih, bahwa dalam rangkaian kehidupan ini semuanya tercipta berpasangan. Selalu diberi dua alternatif pilihan. Misalnya, hidup-mati, baik-buruk, positif-negatif, gelap-terang, hitam-putih, dan banyak lainnya termasuk surga-neraka.

Seperti apakah kita harus menyikapi fenomena pilihan tersebut. Bila hanya diberikan dua pilihan yang mana keduanya saling bertolang belakang. Pilihan apa yang akan kita ambil?

Sayangnya kita tidak dapat memilih. Apa yang akan kita dapat itulah yang telah Allah tetapkan untuk kita. Jadi kita tidak dapat memilih, saat Allah tetapkan kita untuk hidup saat ini, maka mau tidak mau kita harus hidup. Kita tidak bisa serta merta mengubah untuk mati seketika.

Semua ketentuan yang Allah hadirkan dalam hidup kita adalah sesuatu yang harus kita imani sebagi qadha dan qadharnya Allah SWT. Harus diimani dan yakini serta percaya bahwa itu adalah ketentuan terbaik dari Allah untuk hidup kita.

Maka bila ketentuan Allah tidak dapat kita pilih dan seleksi, apa yang harus kita lakukan?

Untuk menyikapi ketentuan Allah juga ternyata ada dua pilihan. Menerimanya atau menolaknya. Mengimaninya atau mengingkarinya. Manusia diberi kebebasan mutlak untuk menentukan sikapnya.

Bila kita sudah berhasil meyakini dan meng-imani ketentuan Allah sebagai qadha dan qadharnya, maka insya Allah akan mudah bagi kita untuk MENERIMA apa pun kejadian yang ditakdirkan hadir dalam hidup kita. Karena sekuat apapun kita menolaknya, ketentuan itu tidak bisa ditunda, dibatalkan, atau diulangi. Apa yang sudah terjadi tetap akan terjadi.

Satu-satunya pilihan tepat yang harusnya di ambil adalah MENERIMANYA DENGAN IKHLAS.

"Saya terima Ya Allah, apapun ketentuan yang Engkau hadirkan dalam kehidupan saya ini. Baik itu ketentuan yang baik ataupun yang tidak baik dalam pandangan saya, saya ikhlas menerimanya sebagai ketetapan dari Mu. Saya pasrahkan padamu kebaikan dan jalan keluarnya."

Secara psikologis, kondisi di mana seseorang bisa ikhlas menerima takdir yang ia hadapi akan lebih cepat membuat hati dan dirinya menjadi tenang dan bahagia, lebih cepat "move on."

Kita belajar dari kisah Bunda Hajar saat akan ditinggal oleh suaminya, Nabi Ibrahim, di gurun pasir yang tandus.
Takdir sudah menetapkan bahwa Bunda Hajar haruslah berpisah sementara waktu dari suaminya. Ia harus berada di gurun pasir itu berdua saja dengan bayinya dengan perbekalan seadanya. Hanya beratap langit.

Bagaimana kemudian respon atau sikap yang diambil Bunda Hajar dalam menyikapi takdirnya tersebut? Apakah ia marah pada suaminya atau curigakah ia pada mad'u-nya (Bunda Sarah) sehingga ia dijauhkan ke tempat yang sunyi seperti itu?
 
TIDAK !!!
Bunda Hajar benar-benar menjaga hati dan pikirannya dari segala hal yang bisa membuatnya menjadi "lemah" dan tak ridho.

Bunda Hajar justru mencari cara dan alasan apa yang bisa membuatnya ridho, ikhlas, dan berlapang hati menerima takdir Allah itu.

Apa yang dilakukan Bunda Hajar?
Ia bertanya pada suaminya, "Ya, Ibrahim, apakah Engkau melakukan ini semua karena Allah?"

Nabi Ibrahim pun menjawab, "Ya, Aku melakukannya atas perintah Allah."

Masya Allah
Bunda Hajar, begitu mulia akhlak dan kecintaanya pada Allah dan ketaatannya pada suaminya.

Ia tidak mencari-cari alasan kenapa aku diperlakukan begini dan begitu. Mengapa suamiku tidak adil dan berbuat seperti ini. Ia tidak mencari-cari alasan, kenapa oh kenapa ini terjadi pada ku, saat ia ditakdirkan berada di gurun pasir itu. Tapi ia justru mencari penguatan yang bisa membuatnya bertahan dan ikhlas menerima takdirnya, yakni itu adalah ketentuan Allah Swt.

Maka saat ia mendapati jawaban dari suaminya bahwa itu terjadi atas perintah Allah, maka dengan penuh iman dan keyakinan Bunda Hajar pun menjawab, bahwa bila itu adalah ketentuan dari Allah, maka aku ikhlas menerimanya. Aku yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.

Bunda Hajar yakin bahwa ada Allah yang akan membersamainya. Maka hanya kepada a Allah sajalah kini Ia bergantung.

Tentu kita semua sudah tahu kelanjutan dari kisah tersebut. Betapa keajaiban dan kemuliaan terus hadir dalam kehidupan mereka karena kuatnya keimanan dan ketergantungan mereka pada Allah Swt.

Tentu kita bisa belajar dari Kisah  tersebut, bahwa kita pun harus bisa dan pasti bisa memilih cara dan sikap apa yang akan kita ambil saat takdir Allah datang pada kita. Baik itu takdir baik atau buruk menurut  pandangan kita. Kita harus menerimanya dengan ikhlas karena yakin bahwa itu sudah menjadi ketetapan Allah.

"Apa yang menurut kita baik, belum tentu baik menurut Allah. Dan apa yang menurut kita buruk, belum tentu buruk menurut Allah. Allah Maha Mengetahui, sedangkan kita tiada mengetahui."

By: Sukmadiarti Perangin-angin

#parentingschool #sekolahpernikahan #positiveconsulting

0 komentar:

Posting Komentar