PERNIKAHAN BAHAGIA DENGAN KEMAMPUAN EMPATI

 



PERNIKAHAN BAHAGIA DENGAN KEMAMPUAN EMPATI

By: @sukmadiarti_psikolog


"Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri."

(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim)


Tidak mudah untuk bisa mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri sendiri. Sebab, pada dasarnya manusia bersifat ego (ingin mementingkan dirinya sendiri). Itulah sebabnya, ketika seseorang sudah bisa menunjukan cintanya pada orang lain lebih dari cinta pada dirinya sendiri, ia menjadi sosok yang mulia.


Daniel Goleman, penulis buku Emotional Intelligence mengungkapkan salah satu komponen kecerdasan emosi adalah kemampuan empati. Empati adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. 


Dalam menghadapi persoalan dengan orang lain,   tidak dipungkiri kita cenderung melihat masalah dari sudut pandang diri sendiri. Kita bisa jadi merasa dirugikan, dipermalukan, disakiti, atau dizalimi oleh orang lain saat ada situasi yang tidak sesuai harapan. Akibatnya, perasaan kita pun menjadi tertekan, marah, malu, sakit hati, atau kecewa kepada mereka. Dalam pikiran kita, mereka yang salah, kita yang benar. Kondisi ini membuat kita jadi cenderung pasif dalam menyikapi masalah tersebut.  Mereka yang salah, jadi kalau ingin berdamai mereka yang harus lebih dulu minta maaf dan memperbaiki diri. 


Situasi pasif seperti itu tentu tidak nyaman bagi diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain, apakah ìtu ke pasangan, anak  orangtua, mertua, ataupun teman. Emosi negatif kita jadi terpendam dan terus membayangi diri karena belum dilepaskan selama orang lain yang menyakiti belum melakukan upaya pendekatan. Inilah yang kemudian mudah membuat kita jadi overthinking dan mengalami gangguan fisik ataupun psikis.


Ada situasi yang di dalam kendali dan ada yang di luar kendali kita. Menunggu orang lain berubah, meminta maaf atau berdamai dengan kita, bukanlah dalam kendali kita. Bisa jadi mereka yang berkonflik dengan kita juga merasakan dan berharap hal yang sama seperti kita. Sama-sama terluka dan memendam emosi negatif yang tidak nyaman. Akhirnya, hubungan pun jadi tidak harmonis lagi karena satu sama lain merasa tidak dipahami.


Butuh kemampuan untuk berempati. Melihat masaah tidak hanya dari sudut pandang pribadi tapi melihatnya dari sudut pandang orang lain. Mencoba mengerti dan memahami penyebab mereka berperilaku tertentu kepada kita saat masalah tersebut terjadi.


Contoh, seorang istri merasa  kesal karena pasangannya asik main hape saat pulang kantor. Kalau kita melihat dari sudut pandang diri sendiri sebagai istri, kita akan memandang bahwa masa pulang kantor, istri anak kangen, bukannya kangen-kangenan atau ngobrol dulu malah main hape sendiri sih. Jadinya kita kesal karena harapan kita suami pulang quality time dulu bareng keluarga malah asik sendiri. 


Empati melatih kita untuk memandang dari sudut berbeda. Suami atau pasangan saya butuh waktu jeda sepulang kantor. Ia masih letih habis dari perjalanan, habis penat dari urusan kantor, sampai rumah butuh jeda dan relaks dulu. Butuh "me time" dulu. Maka pemahaman dan empati ini akan membuat seorang istri lebih bisa menerima ketika pulang kantor suami asik dengan hapenya sejenak. Sambil tentu istri membantu relaksasi suami dengan memberi pijatan ringan atau suguhan makanan atau minuman hangat.


Empati membuat kita jauh lebih mampu mengatasi masalah dengan lebih cepat. Tidak lagi pasif tapi bisa aktif. Berdamai dengan perasaan kita sendiri. Misal sempat ada kesal, kita bisa fokus ke menerima dan melepas rasa yang hadir. Bahkan dengan empati, mengubah sudut pandang pikiran kita, emosi kit pun bersamaan dengan itu ikut membaik. Membaiknya emosi kita, maka membuat hubungan kita pun jadi lebih cepat membaik. 



Tentu untuk bisa empati, kita butuh latihan dan proses menuju ke sana. Salah satunya, proses menenangkan hati terlebih dulu. Mengambil jeda untuk relaksasi agar bisa mencerna pelan-pelan masalah yang datang dan melihatnya dari sudut yang berbeda.


Hati Tenang, Solusi Datang

😇😇😇


#pernikahanbahagia

0 komentar:

Posting Komentar